Data dari BPS menunjukan bahwa transaksi ekspor Indonesia
cenderung menurun di banding transaksi impor, th 2010 s/d 2011
transaksi ekspor naik berkisar 29% ( USD 203,49 milyar), impor
naik 31% (USD 177,43 milyar).
Tahun 2012 transaksi ekspor justru turun dgn nilai dibanding
tahun 2011.(USD. 190 03 milyar), transaksi impor turun
dibanding tahun 2011 (USD. 191 69 milyar).
Transaksi ekspor dan impor Negara kita tercinta adalah
tanggung jawab semua stake holder di Negara kita, Pemerintah,
Lembaga Perbankan,Lembaga/Institusi Pemerintah, Perusahaan
Pemerintah/Swasta
dan lain lain.
Pemerintah seperti akan terus menggerus kebutuhan dalam negeri
dari Impor? kebutuhan daging sapi impor dari Australia,
kemudian rencana Pemerintah impor Cabe sebesar 10.000 ton
di semester ke 2 tahun ini,
dan mungkin akan banyak lagi kebutuhan dalam negeri seolah olah bisa
diselesaikan dengan Impor.
Ada benarnya dari pengamat bilang pemilihan kosa kata harus benar,
” Kedaulatan Pangan” dan ” Ketahanan Pangan” sangat berpengaruh
besar dalam mengambil kebijakan.
kalau kita pilih ” Ketahanan Pangan” maka yang terjadi adalah
“yang penting stock pangan harus ada, maka jalan Impor adalah paling
cepat “Sangat berbeda dengan dengan ” Kedaulatan Pangan ”
maka perlu ekstra tenaga dan pikiran bagaimana kebutuhan pangan
di cukupi dari dalam negeri,
kalau alasan impor cabe dikarena, stock menipis? panen tidak
maksimal karena cuaca buruk? maka perlu analisa yang
konferenhensif dengan
mengatur management stock dan bagaimana mengatur masa tanam
dan panen sehingga kekurangan persediaan bisa di atasi.
misalkan cabe, setahu saya, tanaman cabe
ini paling mudah ditanam bahkan di sekitar rumah kita, biji cabe kita
sebar saja sudah tumbuh.
dengan prinsip “Kedaulatan Pangan ” kita harus ada effort, misalkan
(pemikiran sederhana saya), cukup kita lakukan gerakan menanam cabe
di setiap rumah hehehehe, kalau setiap rumah ada 3- 4 tanaman cabe
di seluruh rumah di Indonesia? apakah mungkin kita masih import?
kadang saya juga tidak bisa berpikir, didaerah saya…ketika musim
panen cabe…..harga cabe anjlok sehingga petani enggan memanen
hasil cabenya karena biaya operasional panen tidak bisa di cover dari
hasil jual cabe, satu bulan kemudian.. ketika petani enggan memanen
cabenya ( tanaman cabe sampe rusak), harga cabe tiba tiba
melambung tinggi, dan persediaan cabe di pasar tidak ada. akhirnya
dipilihlah prinsip “Ketahanan pangan” Import lagi.
Namun dari sudut pandang saya, faktor belajar dalam perdagangan
internasional juga menentukan, negara kita masih kekurangan
tenaga ahli dalam perdagangan internasional, sehingga lambat laun,
wira usaha yang akan mengembangkan ke pasar global juga makin
berkurang.
Sebetulnya kebijakan Pemerintah dalam perdagangan internasional
cenderung pro ekspor sehingga banyak kemudahan dibanding impor,
namun masih belum bisa mendorong dalam upaya peningkatan
transaksi ekspor.
Coba diperhatikan , lembaga Pelatihan pelatihan expor dan impor
relatif masih sedikit dibanding pelatihan pelatihan lain, karena pada
umumnya lokasi pelatihan hanya ada dikota kota besar. selain itu
metode pelatihan export dan import cenderung masih banyak
teori, hanya mendapatkan peningkatan pengetahuan di bidang
perdagangan internasional. Untuk menerapkan dalam usaha
peningkatan ekspor masih sulit.
Perusahaan ekspor yang sudah eksispun masih kesulitan mencari
tenaga baru yang mengerti ekspor, pada umumnya setelah menjadi
staff, baru mereka akan memberi tugas belajar export dan import.
Saya pun ingin membagi/ sharing kepada komunitas bisnis, UKM,
Koperasi, kampus dan lain lain yang ingin serius mengembangkan
usaha di pasar global, dan ini mungkin salah satu kontribusi dalam
gerakan upaya peningkatan ekspor di negara Indonesia.
“Cara Cerdas Jadi Eksporter” salah satu modul yang saya susun
berdasarkan pengalaman selama ini, sehingga peserta yang ikut
dalam sharing ini akan langsung bisa mempraktekan dalam
perdagangan internasional. tentunya modul ini bukan modul ajaib
langsung cepat dan bisa, tetapi perlu tuntunan dalam
mengaplikasikannya.
tetap semangat untuk meningkatkan ekspor Indonesia
cenderung menurun di banding transaksi impor, th 2010 s/d 2011
transaksi ekspor naik berkisar 29% ( USD 203,49 milyar), impor
naik 31% (USD 177,43 milyar).
Tahun 2012 transaksi ekspor justru turun dgn nilai dibanding
tahun 2011.(USD. 190 03 milyar), transaksi impor turun
dibanding tahun 2011 (USD. 191 69 milyar).
Transaksi ekspor dan impor Negara kita tercinta adalah
tanggung jawab semua stake holder di Negara kita, Pemerintah,
Lembaga Perbankan,Lembaga/Institusi Pemerintah, Perusahaan
Pemerintah/Swasta
dan lain lain.
Pemerintah seperti akan terus menggerus kebutuhan dalam negeri
dari Impor? kebutuhan daging sapi impor dari Australia,
kemudian rencana Pemerintah impor Cabe sebesar 10.000 ton
di semester ke 2 tahun ini,
dan mungkin akan banyak lagi kebutuhan dalam negeri seolah olah bisa
diselesaikan dengan Impor.
Ada benarnya dari pengamat bilang pemilihan kosa kata harus benar,
” Kedaulatan Pangan” dan ” Ketahanan Pangan” sangat berpengaruh
besar dalam mengambil kebijakan.
kalau kita pilih ” Ketahanan Pangan” maka yang terjadi adalah
“yang penting stock pangan harus ada, maka jalan Impor adalah paling
cepat “Sangat berbeda dengan dengan ” Kedaulatan Pangan ”
maka perlu ekstra tenaga dan pikiran bagaimana kebutuhan pangan
di cukupi dari dalam negeri,
kalau alasan impor cabe dikarena, stock menipis? panen tidak
maksimal karena cuaca buruk? maka perlu analisa yang
konferenhensif dengan
mengatur management stock dan bagaimana mengatur masa tanam
dan panen sehingga kekurangan persediaan bisa di atasi.
misalkan cabe, setahu saya, tanaman cabe
ini paling mudah ditanam bahkan di sekitar rumah kita, biji cabe kita
sebar saja sudah tumbuh.
dengan prinsip “Kedaulatan Pangan ” kita harus ada effort, misalkan
(pemikiran sederhana saya), cukup kita lakukan gerakan menanam cabe
di setiap rumah hehehehe, kalau setiap rumah ada 3- 4 tanaman cabe
di seluruh rumah di Indonesia? apakah mungkin kita masih import?
kadang saya juga tidak bisa berpikir, didaerah saya…ketika musim
panen cabe…..harga cabe anjlok sehingga petani enggan memanen
hasil cabenya karena biaya operasional panen tidak bisa di cover dari
hasil jual cabe, satu bulan kemudian.. ketika petani enggan memanen
cabenya ( tanaman cabe sampe rusak), harga cabe tiba tiba
melambung tinggi, dan persediaan cabe di pasar tidak ada. akhirnya
dipilihlah prinsip “Ketahanan pangan” Import lagi.
Namun dari sudut pandang saya, faktor belajar dalam perdagangan
internasional juga menentukan, negara kita masih kekurangan
tenaga ahli dalam perdagangan internasional, sehingga lambat laun,
wira usaha yang akan mengembangkan ke pasar global juga makin
berkurang.
Sebetulnya kebijakan Pemerintah dalam perdagangan internasional
cenderung pro ekspor sehingga banyak kemudahan dibanding impor,
namun masih belum bisa mendorong dalam upaya peningkatan
transaksi ekspor.
Coba diperhatikan , lembaga Pelatihan pelatihan expor dan impor
relatif masih sedikit dibanding pelatihan pelatihan lain, karena pada
umumnya lokasi pelatihan hanya ada dikota kota besar. selain itu
metode pelatihan export dan import cenderung masih banyak
teori, hanya mendapatkan peningkatan pengetahuan di bidang
perdagangan internasional. Untuk menerapkan dalam usaha
peningkatan ekspor masih sulit.
Perusahaan ekspor yang sudah eksispun masih kesulitan mencari
tenaga baru yang mengerti ekspor, pada umumnya setelah menjadi
staff, baru mereka akan memberi tugas belajar export dan import.
Saya pun ingin membagi/ sharing kepada komunitas bisnis, UKM,
Koperasi, kampus dan lain lain yang ingin serius mengembangkan
usaha di pasar global, dan ini mungkin salah satu kontribusi dalam
gerakan upaya peningkatan ekspor di negara Indonesia.
“Cara Cerdas Jadi Eksporter” salah satu modul yang saya susun
berdasarkan pengalaman selama ini, sehingga peserta yang ikut
dalam sharing ini akan langsung bisa mempraktekan dalam
perdagangan internasional. tentunya modul ini bukan modul ajaib
langsung cepat dan bisa, tetapi perlu tuntunan dalam
mengaplikasikannya.
tetap semangat untuk meningkatkan ekspor Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar